INI DIA HADIS PALSU
tanya jawab : [Muhammad Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an]
Coba lihat kalender thnn 2012...
1 Ramadhan pd thn 2012 jatuh pd 20 Juli, yaitu hari Jum'at, jadi 3 Agustu 2012 bersamaan dgn 15 Ramadan juga pd hari Jum'at.
Sama dgn 1 hadist Nabi muhammad SAW ttg huru-hara besar yg akan terjadi
pd tengah malam, pertengahan bln Ramadhan yaitu pd hari Jum'at 15
Ramadhan di bumi ini.
Huru-hara yg akan mengejutkan semua orang yg sdg tidur...
1 suara yg sangat dahsyat akan kita dgr dari langit, bukan kiamat tetapi
huru-hara tsb akan melenyapkan umat manusia diatas muka bumi ini sebnyk
2/3, yg tinggal hanya 1/3 saja.
Menurut kajian NASA, pada 21-12-2012, 1 planet yg dikenali planet X akan melintasi bumi.
Adakah kita semua ini tergolong dlm 1/3 itu..?
Adakah peristiwa itu akan terjadi pd 2012..? Hanya ALLAH SWT yg Maha Mengetahui..
Yang penting kita perbanyakan ibadah & berdoa agar kita termasuk dlm
golongan yg dilindungi Allah SWT, jika mati biarlah kita mati dlm Islam
& beriman..
Apa pun, peristiwa itu pasti akan berlaku mengikut hadist Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah:
Dari Nur'aim bin Hammad meriwayatkan dgn sahabatnya bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi
huru-hara di bulan itu...".
Kami bertanya: "Suara apakah, ya Rasulullah..?"
Beliau menjawab: "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan pada malam
Jum'at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur,
menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari
pingitannya, pada malam Jum'at di tahun terjadinya banyak gempa. Jika
kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Jum'at, masuklah kalian
ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah
lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga2 kalian
Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian
kpd Allah Subhana Wa Ta'ala.
ini broadcast da'wah, dan aku sangat berterimakasih pd org yg telah
membuat broadcast ini. Mengingatkan adalah sebuah amal kebajikan.
•Jawab Oleh Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc
---------------------------------------------------------------
Bismillah. Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad bin Abdullah
shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dengan ajarannya hingga hari
kiamat.
Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan dari beberapa member BB Group
seputar derajat hadits huru-hara akhir zaman yang terjadi pada
pertengahan bulan Romadhon yang bertepatan dengan hari Jumat.
Maka kita katakan, bahwa para ulama hadits terdahulu maupun yang hidup
di zaman sekarang telah menerangkan dengan jelas dan gamblang bahwa
hadits-hadits yang berbicara tentang masalah tersebut tidak ada satu pun
yang Shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik ditinjau dari
segi sanad hadits maupun realita yang ada. Bahkan semuanya adalah
hadits-hadits munkar dan palsu yang didustakan atas nama Nabi
shallallahu alaihi wasallam.
Berikut ini akan saya sebutkan teks (lafazh) hadits tersebut dengan sanadnya, serta studi kritis para ulama terhadapnya.
(Teks Asli Hadits dalam bahasa Arab silakan baca di: http://abufawaz.wordpress.com )
Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar,
dari Ibnu Lahi'ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab
bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari
Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, dari Nabi
shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara
di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal,
kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku, pent) di bulan
Dzul Qo’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan
Muharram…”. Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat,
akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang
yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada
malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah
melaksanakan solat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah
kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan
selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan
adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan
ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb
kami Al-Quddus”, kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan
selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan
binasa”.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan
I/228, No.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul
'Ummal, No.39627).
DERAJAT HADITS:
Hadits ini derajatnya PALSU (Maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat
beberapa perowi hadits yang pendusta dan bermasalah sebagaimana
diperbincangkan oleh para ulama hadits. Para perowi tersebut ialah
sebagaimana berikut ini:
1.Nu'aim bin Hammad.
Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah).
An-Nasa'i berkata tentangnya: "Dia seorang yang Dho’if (lemah)." (Lihat
Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/101 no.589)
Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari
Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad
(sumber asli, pent).”
Imam Al-Azdi mengatakan: "Dia termasuk orang yang memalsukan hadits
dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan
An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah
kedustaan." (Lihat Mizan Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).
Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun
berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan
menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran.”
(Lihat As-Siyar A'lam An-Nubala X/609).
2.Ibnu Lahi’ah (Abdullah bin Lahi’ah).
Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah), karena mengalami kekacauan dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.
An-Nasa'i berkata tentangnya: "Dia seorang yang Dho’if (lemah)." (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/64 no.346)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: “Dia mengalami kekacauan di
dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.” (Lihat Taqrib
At-Tahdzib I/319 no.3563).
3.Abdul Wahhab bin Husain.
Dia seorang perowi yang majhul (tidak dikenal).
Al-Hakim berkata tentangnya: “Dia seorang perowi yang Majhul (tidak
jelas jati dirinya dan kredibilitasnya).”. (Lihat Al-Mustadrak No. 8590).
Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat
hadits palsu.” (Lihat Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar
Al-Asqolani II/139).
4.Muhammad bin Tsabit Al-Bunani.
Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah dalam periwayatan hadits)
sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqolani, Ibnu Hibban
dan An-Nasa’i.
An-Nasa'i berkata tentangnya: "Dia seorang yang Dho’if (lemah)."
Yahya bin Ma’in berkata: “Dia seorang perowi yang tidak ada apa
apanya.”. (Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi VI/136
no.1638).
Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh
pula meriwayatkan darinya.” (Lihat Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252
no.928).
Imam Al-Azdi berkata: “Dia seorang yang gugur riwayatnya.” (Lihat
Tahdzib At-Tahdzib, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani IX/72 no.104)
5.Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani.
Dia seorang perowi pendusta, sebagaimana dinyatakan oleh imam
Asy-Sya’bi, Abu Hatim dan Ibnu Al-Madini.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia bukan seorang perowi yang kuat
(hafalannya, pent).” (Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi II/186 no.370).
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata tentangnya: “Imam Asy-Sya’bi
telah mendustakan pendapat akalnya, dan dia juga dituduh menganut
paham/madzhab Rofidhoh (syi’ah), dan di dalam haditsnya terdapat suatu
kelemahan.” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/146 no.1029).
Ali bin Al-Madini berkata: “Dia seorang pendusta.”
Abu Hatim Ar-Rozi berkata: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah.” (Siyar A’lam An-Nubala’, karya imam Adz-Dzahabi IV/152 no.54)
PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG HADITS INI:
Al-Uqoily rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak memiliki dasar dari
hadits yang diriwayatkan oleh perowi yang tsiqoh (terpercaya), atau dari
jalan yang tsabit (kuat dan benar adanya).” (Lihat Adh-Dhu’afa Al-Kabir
III/52).
Ibnul jauzi rahimahullah berkata: “Hadits ini dipalsukan atas nama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Lihat Al-Maudhu’aat III/191).
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini Palsu (Maudhu’).
Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan.” Dan beliau
menyebutkan beberapa riwayat dalam masalah ini dari Abu Hurairah dan
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma. (Lihat Silsilah Al-Ahadits
Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.6178, 6179).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak
mempunyai dasar yang benar, bahkan ini adalah hadits yang batil dan
dusta.” (Lihat Majmu’ Fatawa Bin Baz XXVI/339-341).
KESIMPULAN:
Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hadits ini adalah
hadits Maudhu’ (Palsu). Tidak boleh diyakini sebagai kebenaran, dan
tidak boleh dinisbatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam. Karena disamping sanad hadits ini tidak ada yg dapat diterima
sebagai hujjah, juga realita telah mendustakannya. Sebab telah berlalu
tahun-tahun yang banyak dan telah terjadi berulang kali hari Jumat yang
bertepatan dengan tanggal lima belas (pertengahan) bulan Romadhon, namun
kenyataannya tidak pernah terjadi sebagaimana berita yang terkandung di
dalam hadits ini. (Alhamdulillah).
Oleh karena itu, kita dilarang keras menyebarluaskannya kepada orang
lain baik melalui media cetak, maupun elektronik, atau dalam obrolan dan
khutbah kecuali dalam rangka menjelaskan sisi kelemahan,
kepalsuan, dan kebatilannya, serta bertujuan untuk memperingatkan umat
darinya.
Jika kita telah melakukan ini, berarti kita telah bebas dan selamat dari
ancaman keras Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu berupa masuk
neraka bagi siapa saja yang sengaja berdusta atas nama beliau, baik
dengan tujuan menjelekkan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan
ajarannya, atau dalam rangka membela Nabi dan memotivasi kaum muslimin
untuk bersemangat dalam beribadah kepada Allah.
Demikian jawaban atas pertanyaan dalam masalah ini yang dapat saya
sampaikan. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar